The perfect choice of one-stop service for diversification of architecture.
Satu lagi destinasi terlampaui. Lampung. Provinsi paling timur dari pulau Sumatera.
Tempat kelahiran Mamas. Sejak aku masih pacaran, Mamas memang sudah pernah dua kali pulang ke Lampung saat libur lebaran. Dan sejak itu pula keinginan untuk pulang ke Lampung naik motor tumbuh dan subur karena Mamas juga mendukung.
Sebelumnya, acara ngunduh mantu pernikahan aku dan Mamas sudah diadakan di Lampung. Namun, saat itu kita berangkat pakai pesawat dan pulang dengan bis. Jadilah di-pingin-pingini Mamas untuk pulang ke Lampung naik motor.
Yap, keinginan itu tersimpan rapi selama satu setengah tahun. Baru terlaksana tanggal 18 Desember 2018.17 Desember 2018 pukul 15.
30Baik-baik disini yaa, makan yang banyak, jangan nyusahin mas atau mbak yang jaga pesanku untuk ketiga kucingku yang aku titipkan di penitipan kucing dekat rumah. Aku tidak mau ambil resiko mereka terlantar karena aku dan Mamas akan pergi cukup lama. 10 hari kira-kira.
Setelah menitipkan mereka, aku dan Mamas pergi ke lapangan bola. Ada pertandingan yang harus Mamas ikuti. Walhasil, kami baru sampai rumah pukul 20.
00 malam. Weits, belum juga kami bersih-bersih badan dan aku harus menyiapkan bekal, akhirnya kami baru naik ke tempat tidur pukul 11 malam. Rencana tidur lebih awal hanyalah wacana, hahaha.
18 Desember 2018 pukul 5.00Aku baru terbangun. Mata masih dempet seperti enggan beranjak dari bantal.
Tapi aku harus bangun menyiapkan bekal sarapan. Mamas masih pules, mungkin masih capek karena main bola. Di dapur aku glotekan menyiapkan bekal.
Simple saja, nasi, telur, sayur capcay, dan mie goreng. Dibungkus layaknya nasi bungkus, supaya tidak perlu repot membawa tempat bekal kosong kalau sudah dimakan habis nanti.18 Desember 2018 pukul 7.
00Kami baru berangkat. Rute yang kami lalui adalah jalur lintas selatan Jawa. Di waze, lokasi tujuan kami adalah puncak Cipanas, Bogor.
Kurang lebih 12 jam perjalanan dan menempuh 488 km.Karena masih pagi, lalu lintas masih cukup lengang. Kami sengaja pilih jalur Daendeles supaya memotong jalur Wates-Purworejo yang biasanya ramai truk-truk bermuatan.
Lewat jalur Daendeles yang lurus-lurus saja, membuat kami ke-enakan. Aku bahkan sampai terkantuk-kantuk dan Mamas sempat keluar jalur aspal karena sejenak terlelap. Astaghfirullah.
ndak boleh ditiru yaa, ini bahaya sekali. Keluar dari jalur Daendeles, memasuki wilayah Kebumen. Sama persis seperti jalur menuju pantai Menganti (baca catatan Menganti di Hati).
Mengikuti arahan dari waze, kami melewati sederatan lubang bin becek. Mungkin semalam hujan di daerah situ, tepatnya daerah Jladri, Buayan, Kebumen.18 Desember 2018 Pukul 9.
00Kami berhenti di alf****t tepat di depan pasar Demangsari. Itu sudah memasuki wilayah Cilacap. Kami berhenti karena jalur yang diambil semakin masuk ke dalam, alias bukan jalur utama.
Bahkan kami sampai melewati Goa Jatijajar. Takut nyasar terlalu jauh, kami putar balik dan berhenti untuk istirahat dan mencari rute untuk kembali ke jalur jalan utama.Setelah menyusuri jalan cukup lama, kami akhirnya keluar di pusat kota Cilacap, Kroya.
Barulah kami sadar kalau sangat jauh kami keluar jalur utama. Semestinya dari jalur Daendeles tadi, kami ambil arah menuju pusat kota Kebumen, bukan arah Cilacap.Sebenarnya, mungkin saja jalur yang kami kira nyasar memang jalur alternatif menuju Bandung.
Tapi kami kurang yakin dan rodo wedi untuk ambil resiko pakai jalur baru. Yasudahlah, putar balik ke arah Kebumen yang ternyata munculnya di perempatan Sampang, Cilacap. Plis jangan tanya kok munculnya tau-tau disitu karena kami pun bingung juga, hehe.
Itulah seninya traveling. Melewati perempatan Sampang, Cilacap, terik matahari mulai menyengat. Jam sudah menunjukkan pukul 10.
00. Sampai di jalur utama, waze dimatikan karena Mamas sudah hafal jalurnya.18 Desember 2018 pukul 10.
50Memasuki kabupaten Banyumas, kami disambut oleh jalanan berkelok, menanjak, dan di kanan kiri terhampar ladang-ladang pertanian. Mari berfoto dulu di pagar batas kabupaten. Cuma mampir minum dan meluruskan kaki-kaki yang pegal, cuss kami lanjut lagi perjalanan.
Kurang lebih satu jam kemudian kami melewati Alun-alun Majenang. Mau berfoto tapi ngga ada tempat yang oke. Tulisan Majenang-nya pun terhalang para pedagang dan angkot.
Baeklaah kami lanjut saja perjalanan hingga sampai daerah Wanareja, Majenang. Kami mampir ke salah satu masjid untuk beristirahat. Sambil mendengarkan adzan dhuhur, kami menikmati nasi bungkus bekal dari rumah tadi.
18 Desember 2018 pukul 12.35Abaikan komuk ngga siap dijepret, haha. Itu muka nahan ngantuk, suer!
Penyakit habis makan, kenyang terus kena angin sepoi sepoi, wiih Mamas nih orang paling sabar seantero jagat deh. Bojo nya njedug njedug helem karena ngantuk dibiarin aja katanya ben bobok sak ler, nanti lak yo bangun deweSampailah kami di bumi Sunda. Tugu Banjar Patroman jadi penanda memasuki wilayah Jawa Barat.
Ngga berani foto jarak dekat karena lalu lalang ramai sekali siang itu. Cuma berhenti foto foto, kami lanjut perjalanan lagi. Setengah jam kemudian kami sudah masuk wilayah Ciamis Selaras.
Setelah Ciamis, kami lewat juga Tasikmalaya. Tapi ngga mampir foto foto karena langit mulai mendung. Kejar waktu juga karena sudah jam segini harusnya sudah masuk Nagrek.
18 Desember 2018 pukul 14.15Ups! Nagreg masih cukup jauh rupanya.
Yah, ayuklah gas pol lagi. Aku berfoto di pom bensin ini masih sampai daerah Tasikmalaya loh. Jadi masih kurang lebih satu jam untuk sampai Nagreg.
Deg deg-an iya, karena jalur Nagreg terkenal curam dan sering macet